Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah
terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerahJawa, Bali, Madura, dan Lombok. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh
utama dalam beberapa kakawin, seperti
misalnya Kakawin Arjunawiwāha, Kakawin
Pārthayajña, dan Kakawin
Pārthāyana (juga dikenal dengan nama Kakawin
Subhadrawiwāha. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief
candi di pulau Jawa misalkancandi
Surowono.
Arjuna
merupakan seorang tokoh ternama dalam duniapewayangan dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri khas
Arjuna versi pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata versi India dengan bahasa Sanskerta. Dalam dunia pewayangan,
Arjuna digambarkan sebagai seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa,
dan berguru. Selain menjadi murid Resi
Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi
Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar
Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu
Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya
itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu
Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain:
Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada). Setelah perangBharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara
Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Arjuna
memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan
suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah
negara Amarta. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh
ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski
berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan
kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap
keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk
membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa,
dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda denganYudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia.
Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya
berbeda dengan Don Juan yang
selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga
para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka.
Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara.
Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh
orang Jawa berbagai generasi.
Arjuna
juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah
diberikan pada Gatotkaca saat
mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi
Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah
Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi
minyak Jayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan
Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian
yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin,
Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki
pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat
Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin
Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).
Istri dan
keturunan
Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna
mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya
ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut
sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
2. Dewi Sulastri, berputra
Raden Sumitra
3. Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras
5. Dewi Jimambang,
berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
6. Dewi Ratri, berputra
Bambang Wijanarka
7. Dewi Dresanala,
berputra Raden Wisanggeni
8. Dewi Wilutama, berputra
Bambang Wilugangga
9. Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang
Pregiwati
10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma
11. Dewi Antakawulan,
berputra Bambang Antakadewa
12. Dewi Juwitaningrat,
berputra Bambang Sumbada
13. Dewi Maheswara
14. Dewi Retno Kasimpar
15. Dewi Dyah Sarimaya
16. Dewi Srikandi
Nama lain
dan julukan
Dalam
wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna memiliki banyak
nama lain dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan
perang), Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan),Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning
Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra
Batara Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Indrasuta, Danasmara (perayu
ulung) danMargana (suka menolong) "Begawan Mintaraga"
adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak
Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan
digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu
keluarga Korawa.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Arjuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar