Laman

Senin, 02 Maret 2015

GATOTKACA

Gatotkaca, pencil & drawing pen on paper A3 ( 29 x 42cm )
original ; 127galeri

Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghatotkacha secara harfiah bermakna "memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu gha(tt)am yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkacha yang berarti  "kepala". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya konon mirip dengan buli-buli atau kendi. 

Kelahiran
Dia adalah putra putra kedua Raden Wrekudara (Bima dalam kisah Mahabarata fersi India)  salah satu dari lima bersaudara Pandawa. Dan ibunya adalah seorang putri bangsa raksasa dari negeri Pringgandani yang bernama Dewi Arimbi. Dalam cerita pewayangan jawa kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri, sewaktu dilahirkan berupa rajksasa yang diberi nama Jabang Tetuka. Selama setahun tali pusar Jabang Tetuka dibiarkan tidak terpotong, karena tidak ada satupun senjata yang mampu memotong tali pusar tersebut.

            Karena hal tersebut, Arjuna (adik Wrekudara yang juga paman Gatotkaca) bertapa memohon kepada dewa agar memberikan senjata untuk memotong tali pusar Jabang Tetuka. Di lain tempat pada waktu yang sama, Karna panglima Kerajaan Hastina juga sedang melakukan tapa untuk mencari pusaka. Karena wajah keduanya hampir sama, Batara Narada utusan kayangan memberikan pusaka Kontawijaya yang snggup memotong tali pusar Jabang Tetuko kepada Karna. Menyadari kesalahanya tersebut Batara Narada menemui Arjuna untuk memberitahukan bahwa pusaka yang seharunya untuknya telah dimiliki oleh karna. Arjuna kemudian mengejar dan merebut Kontawijaya dari tangan Karna, dalam pertarungan Arjuna hanya mendapatkan sarung pusaka Kuntowijaya. Kelak dalam kisah berbeda, kisah peperangan Baratayuda pusaka Kontawijaya yang dipegang oleh Karna akan membunuh Gatotkaca.

             Sarung pusaka Kontawijaya yan terbuat dari kayu mustaba ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Jabang Tetuka, namun setelah memotong tali pusar tersebut sarung pusaka Kontawijaya masuk ke dalam perut Jabang Tetuka. Krisna yang menyaksikan pemotongan tali pusar tersebut berpendapat kayu mustaba akan memnambah kekuatan Jabang Tetuka.

            Tetuka saat itu diasuh oleh Narada di kahyangan, karena kesaktianya Tetuko diutus bertarung dengan Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket yang menyerang kahyangan bermaksud membawa Batari Supraba untuk diperistri rajanya. Semakin banyak pukulan yang didapat Tetuka maka makin kuatlah Tetuka, Patih Sekipu pun merasa malu dan memaksa Narada untuk mebuat Tetuko menjadi besar saat itu juga. Kemudian Narada menceburkan Jabang Tetuko ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para Dewa kemudian menceburkan segala jenis pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian Tetuko muncul dari kawah Candramika dengan wujud seorang laki-laki dewasa, segala jenis kekuatan pusaka para Dewa yang dilebur bersama tubuhnya menambah kesaktianya. Kemudian Tetuko bertarung kembali dengan Sekipu dan berhasil membunuhnya dengan gigitan taring Tetuko. Krisna dan Pandawa menyusul ke kahyangan, Krisna memotong taring Tetuko dan menasehati Tetuko untuk meninggalkan sifat-sifat kaum raksasanya. Kemudian Batara Guru raja para Dewa datang  menghadiahkan sperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antra Kusuma, dan Terompah Pandakacarma untuk di pakai. Tetuka setelah saat itu dikenal sebagai Gatotkaca, dengan mengenakan pakaian tersebut Gatotkaca mampu terbang menuju istana Trabelasuket dan membunuh Kalapacrona.

Kematian

            Perang di Kurukshetra dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan nama Baratayuda. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis tahun1157 pada zaman Kerajaan Kadiri. Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya yang bernama Abimanyu, putra Arjuna. Abimanyu menikah dengan Utari putri Kerajaan Wirata, setelah ia mengaku masih perjaka. Kenyataannya, Abimanyu telah menikah dengan Sitisundari putri Kresna. Sitisundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar kabar bahwa suaminya telah menikah lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu untuk mengajaknya pulang (Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang berwujud raksasa bulat kerdil tapi berhati polos dan mulia). Hal itu membuat Utari merasa cemburu. Abimanyu terpaksa bersumpah bahwa jika dirinya memang telah beristri selain Utari, maka ia rela mati dikeroyok musuhnya di kemudian hari. Kalabendana menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu. Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu marah, Gatotkaca memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya itu tewas seketika.

            Ketika perang Baratayuda meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Korawa pada hari ke-13. Pada hari ke-14, Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala JayadrataDuryodana sangat sedih atas kematian Jayadrata, adik iparnya sendiri. Ia memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa pada malam itu juga. Karna berangkat meskipun hal itu melanggar peraturan perang. Setelah tahu bahwa para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih karena Kotang Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Sementara itu dua pamannya, yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa, tewas di tangan musuh mereka, masing-masing bernama Lembusura dan Lembusana.

           Gatotkaca berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu Batara Surya, Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca. Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu. Gatotkaca yang pasrah terhadap takdirnya berpesan supaya mayatnya bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju, kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu melebur dengan sarungnya, yaitu kayu mastaba yang masih tersimpan di dalam perut Gatotkaca. Setelah Gatotkaca gugur, arwah Kalabendana melemparkan jenazahnya ke arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping akibat tertimpa tubuh Gatotkaca. Pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada di sekitarnya.

sumber : 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar